Mungkin pada sepasang matanya yang hening yang selalu menjeling tajam atau yang kadang kala malu-malu memberikan kerlingan manja.
Boleh jadi pada bibirnya yang tak jemu-jemu menyerlahkan senyuman manis, atau yang sekali-sekali memberikan kecupan mesra di dahi umi juga, ayah, suami dan pipi munggil anak-anak.
Atau mungkin juga pada nilai tawanya yang gemersik dan suara manjanya yang boleh melembut sekaligus melembutkan perasaan.
Sejuta perkataan belum cukup untuk menceritakan kecantikan perempuan.
Sejuta malah berjuta-juta kali ganda perkataan pun masih belum cukup untuk mendefinisikan tentang keindahan perempuan. Kitalah perempuan itu.
Panjatkan kesyukuran kehadrat Tuhan karena menjadikan kita perempuan dan memberikan keindahan-keindahan itu.
Namun, betapa pun dijaga, dipelihara, dibelai dan ditatap di hadapan cermin setiap waktu, tiba masanya segalanya akan pergi jua. Wajah akan suram, mata akan kelam. Satu saja yang tidak akan dimamah usia, sifat keperempuanan yang dipupuk dengan iman dan ibadah.
Wahai Sahabat, Kekasih Allah..
Kita
sekarang hidup dalam “kampung kecil” dunia global. Batas-batas imajiner
antar negara saat ini semakin tidak kita rasakan lagi. Apakah engkau
merasakan bahwa “kampung kecil” kita saat ini begitu getol mengajak kita melupakan bahwa kita ini adalah hamba Allah?
Karena
ajakan yang getol itu banyak sahabat-sahabat kita tidak lagi merasa
berdosa ketika melakukan perbuatan yang dilarang Allah kekasih kita.
Pernahkan kalian tahu bahwa Penelitian Objectively Verifiable Indicators
(OVI) SeBAYA Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jatim 2004
menunjukkan hasil bahwa para responden usia 15-24 tahun yang sudah
melakukan hubungan seksual dengan satu orang atau lebih, yakni sebanyak
49 orang dari 360 responden? Sejak Januari-Nopember 2004, tercatat 227
remaja yang melakukan konsultasi, 90 diantaranya telah melakukan seks
bebas dan delapan orang positif hamil? Sedihkah engkau ketika tahu bahwa
mereka melakukan itu tanpa merasa bersalah kepada kekasih kita Allah?
Suatu ketika, seseorang mengeluh kepada
sahabatnya tentang kesulitan hidupnya. Dia lalu menanyakan banyak hal.
Sesaat kemudian, mereka berdua terlibat percakapan yang hangat.
Pertanyaan pertama diajukannya ...
"Apakah pernah kau berpikir, jika Allah
memang ada, mengapa ya harus ada kesedihan dan air mata? bukankah
gampang baginya untuk membuat semua hal menjadi bahagia?"
Sang
sahabat dengan tenang menjawab, "Sahabatku...tanpa mengalami kesedihan,
manusia tak akan tahu tentang sebuah kesyukuran saat mereka akhirnya
bisa berbahagia. Jika manusia tak pernah bersedih, mereka juga akan